HOME Dunia

Konflik Gaza: Eks Jenderal Israel Ungkap Kegagalan Capai Target Perang

Yitzhak Brick menyebut narasi kemenangan terlalu optimis dan menilai bahwa Hamas justru semakin memperkuat posisi militernya di tengah perang yang terus berlanjut.

Saiful Yamin
Kamis, 09 Oktober 2025 | 01:33:24 WITA
Tentara IDF saat patroli menyusuri puing-puing reruntuhan di Gaza

Tel Aviv/Gaza Suara mengejutkan datang dari dalam negeri Israel sendiri. Mayor Jenderal (Purn.) Yitzhak Brick, tokoh senior militer yang disegani, secara terbuka mengkritik keras strategi perang Israel di Jalur Gaza. Dalam pernyataannya yang mengguncang publik, ia menegaskan: Israel tidak mampu mengalahkan Palestina.

Dikutip dari Middle East Monitor, Rabu (8/10/2025), Brick memperingatkan bahwa Israel telah memasuki “titik tanpa jalan kembali” dalam konfliknya yang telah berlangsung selama dua tahun. Ia menyebut kekuatan militer Israel sudah dikerahkan secara penuh, namun tetap gagal meredam perlawanan yang terus membara dari kelompok-kelompok pejuang Palestina.

"Kami telah gagal mencapai satu pun dari tujuan strategis kami," ujar Brick tegas.
"Yang terjadi justru sebaliknya: militer kelelahan, rakyat ditipu, dan negara semakin terperosok ke dalam perang yang tiada ujungnya."

Dalam pernyataan pedasnya, Brick menuding para pemimpin politik dan militer Israel telah menyesatkan publik dengan narasi-narasi kemenangan yang kosong.

“Mereka menggembar-gemborkan keberhasilan lewat propaganda media, padahal di lapangan kenyataannya sangat berbeda. Yang terjadi adalah perang atrisi yang tak kunjung usai—dan ini membahayakan stabilitas internal kita sendiri,” cetusnya.

Brick juga membeberkan data yang mencengangkan: meskipun Israel telah menggempur Gaza tanpa henti, mereka baru berhasil menghancurkan sekitar 20 persen jaringan terowongan Hamas—salah satu tulang punggung militer kelompok tersebut.

“Anggapan bahwa Hamas hampir dikalahkan adalah ilusi belaka,” tegas Brick.
“Bahkan laporan keamanan terbaru menunjukkan bahwa Hamas justru berhasil membangun kembali kekuatannya, kini dengan lebih dari 30.000 petempur aktif.”

Brick menilai militer Israel terlalu bergantung pada kekuatan udara yang sebenarnya tidak cukup untuk memastikan kemenangan. Ia menyoroti ketidaksiapan pasukan darat dan ketiadaan strategi jangka panjang sebagai masalah besar dalam operasi militer saat ini.

“Tanpa perencanaan strategis yang jelas, kita hanya membuang-buang energi. Ini bukan perang yang bisa dimenangkan dengan bom dari langit saja.”

Namun di tengah kritik tajam tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap menunjukkan tekadnya untuk menuntaskan operasi militer di Gaza.

“Kita berada di hari-hari yang menentukan,” kata Netanyahu.
“Kami akan terus bertindak sampai seluruh tujuan perang tercapai: membebaskan sandera, menumbangkan Hamas, dan memastikan Gaza tidak pernah lagi menjadi ancaman.”

Pernyataan ini dikeluarkan pada Selasa (7/10), tepat dua tahun sejak pecahnya konflik besar di Gaza.

Di sisi lain, negosiator utama Hamas, Khalil El-Hayya, menegaskan bahwa pihaknya menginginkan jaminan internasional yang kuat bahwa perang ini benar-benar akan berakhir. Ia menyebut Amerika Serikat dan negara-negara sponsor harus menjamin tercapainya solusi permanen.

“Kami tidak mempercayai pendudukan bahkan sedetik pun,” ujar El-Hayya kepada Al-Qahera News.
“Israel sudah dua kali melanggar gencatan senjata. Kami butuh jaminan nyata, bukan janji kosong.”




Editorial
Jajak Pendapat

Pemerintah berencana mengkombinasikan iuran BPJS Kesehatan dengan asuransi swasta bagi keluarga mampu. Apakah Anda setuju kelas khusus BPJS Kesehatan