Tel Aviv – Tank-tank Israel pada Rabu (27/8) terus merangsek ke pinggiran Kota Gaza, memaksa lebih banyak warga Palestina mengungsi. Militer Israel menyebut operasi itu sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk menaklukkan Gaza dan merebut “benteng terakhir Hamas.”
Sehari sebelumnya, puluhan ribu warga Israel turun ke jalan di Tel Aviv mendesak pemerintah segera menyetujui kesepakatan pemulangan 50 sandera yang tersisa. Aksi tersebut digelar Forum Keluarga Sandera dan Hilang, bertepatan dengan rapat Kabinet Keamanan Israel. Namun rapat itu ditunda lebih awal tanpa membahas kesepakatan gencatan senjata yang baru-baru ini disetujui Hamas.
Sebagian pengunjuk rasa menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sengaja menggagalkan kesepakatan. “Saya tidak bersedia mengorbankan siapa pun demi ambisi mesianis untuk menghancurkan Hamas,” kata Gadi Moses, mantan sandera, kepada Radio Angkatan Darat Israel.
Sementara itu, Hamas telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi AS dan Qatar. Namun Israel hingga kini belum memberikan tanggapan resmi. Netanyahu justru memerintahkan militer mempercepat persiapan serangan darat ke Kota Gaza.
Menurut laporan otoritas Palestina, korban tewas akibat perang Gaza telah melampaui 62.000 jiwa, termasuk anak-anak, di tengah krisis pangan, pengungsian massal, dan serangan udara berulang.
Di sisi lain, militer Israel pada Kamis (26/8) mengumumkan berhasil mencegat sebuah pesawat tanpa awak yang diluncurkan dari Yaman. Serangan itu diduga dilakukan pemberontak Houthi yang sejak Oktober 2023 kerap menembakkan rudal dan drone ke Israel untuk mendukung Palestina.