BATSEL, PIP - Pagi baru merekah di Batui Selatan ketika sepuluh petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Banggai bersiap menuju Desa Maleo Jaya. Dari ibu kota kecamatan, perjalanan menempuh lebih dari 19 kilometer, melewati jalan berbatu dan licin sisa hujan semalam. Mobil berguncang hebat sebelum akhirnya tiba di desa yang menaungi Dusun Tombiobong.
Dusun Tombiobong merupakan bagian dari wilayah administrasi Desa Maleo Jaya. Dusun ini dihuni komunitas adat terpencil (KAT) dengan akses jalan yang sulit dijangkau kendaraan. Karena itu, warga Tombiobong diajak menuju Kantor Desa Maleo Jaya, tempat tim Dukcapil mendirikan pos pelayanan selama dua hari, 20–21 Agustus 2025.
Sejak pagi, halaman kantor desa dipenuhi warga. Bukan hanya dari Tombiobong, tapi juga masyarakat Maleo Jaya secara umum yang ingin mengurus dokumen kependudukan. Para ibu memangku anaknya sambil menunggu giliran, bapak-bapak bercakap di teras, sementara anak-anak berlarian di sekitar kantor menambah riuh suasana.
Di dalam kantor, meja rapat desa beralih fungsi jadi loket pendaftaran. Laptop, kamera perekaman KTP, dan alat sidik jari dipasang berdampingan dengan tumpukan berkas administrasi. “Kami langsung melayani perekaman KTP, pembuatan kartu keluarga, akta kelahiran, hingga akta kematian,” kata Alim Bakri SE, Kepala Seksi Kelahiran Dukcapil Banggai, yang memimpin rombongan.
Tim Dukcapil Banggai hadir memberikan layanan langsung kepada masyarakat.
Antrean warga panjang. Sebagian datang hanya dengan ingatan tentang nama orang tua dan tanggal lahir. Petugas dengan sabar membimbing satu per satu. “Tim harus benar-benar sabar, melayani dengan pendekatan humanis. Tak bisa buru-buru,” ujar Alim.
Kepala Desa Maleo Jaya, Zainal Abidin, tampak sibuk mendampingi warganya. Ia menyebut kehadiran Dukcapil sangat membantu, terutama bagi warga Tombiobong. “Kami bersyukur, meski jalan sulit, mereka bersedia menginap dua hari. Pelayanan yang mereka berikan sangat humanis dan profesional,” katanya.
Menurut Zainal, warga Tombiobong memang menjadi prioritas karena selama ini sulit dijangkau, meski masyarakat Maleo Jaya secara luas juga ikut terlayani. “Justru warga Tombiobong ini kami dahulukan. Dengan dokumen kependudukan, mereka bisa mendapat akses bantuan sosial, pendidikan, dan kesehatan,” ujarnya.
Menjelang sore, suasana kantor desa tetap ramai. Anak-anak membawa kertas tanda bukti pendaftaran dengan wajah berbinar, sementara orang tua memeluk erat KTP dan kartu keluarga baru. Ada yang baru pertama kali punya identitas resmi, ada pula yang tersenyum bangga karena anaknya kini tercatat sah dalam administrasi negara.
Ketika pelayanan ditutup pada 21 Agustus, puluhan warga kembali ke rumah masing-masing dengan wajah cerah. Jalan pulang memang panjang dan berliku. Tapi bagi tim Dukcapil Banggai, perjalanan itu sepadan dengan kepuasan melihat warga Maleo Jaya—terutama dari Dusun Tombiobong—akhirnya memiliki identitas hukum yang sah.