BERBEDA dari Pilkada 2020, jika saat itu petahana Herwin Yatim - Mustar Labolo terancam dengan kemunculan pasangan Amirudin Tamoreka - Furqanuddin Masulili (AT-FM). Maka, hal tersebut dianggap tidak berlaku bagi AT di Pilkada 2024.
Diwartakan menganai prediksi kemenangan pilkada kemarin, Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI) merilis bahwa pasangan Amir-Furqan masuk dalam top of mind masyarakat Banggai, sejalan kemudian hal itu terbukti saat hari pencoblosan. Pemilik tagline ATFM menjadi pemenang.
Berangkat dari prediksi tersebut, menyongsong Pilkada 2024, Amirudin Tamoreka yang kini muncul sebagai petahana nyaris tidak terganggu dengan bakal lawan di bursa Pilkada. Pasalnya, secara personal pria kelahiran Toili itu masih menjadi top of mind publik Banggai.
Bagaimana-pun itu tidak lepas dari branding personal yang disematkan banyak orang ketika berjumpa dengan dirinya. Kesan sederhana, bicara dengan bahasa 'ibu' dan tidak bertele-tele membuat Amirudin masih menjadi buah bibir layak untuk kembali didukung ke periode selanjutnya.
Ir H Herwin Yatim
Sementara prediksi bakal kembali berhadapan dengan dua calon kepala daerah yang sama seperti sebelumnya, yakni Sulianti Murad dan Herwin Yatim hal tersebut tidak menurunkan top of mind publik. Apalagi dengan beberapa pernyataan bekas relawan ATFM yang memberikan pernyataan menohok.
Hj Sulianti Murad [Foto luwuktimes]
Pandangan pilihan bekas Relawan ATFM
"Pileg boleh beda partai, tapi Pilkada kita sepakat kembali ke AT," ucap Bisri Akbar saat siltuhrahmi bersama sahabat AT, belum lama ini, di Cafe Sehati, Luwuk.
Bagi ayah 3 anak ini, AT merupakan figur yang sangat representatif jika harus diklaim sebagai anak daerah. "Dia putra daerah yang lahir dan tumbuh di Banggai," ungkapnya. "Iheje mule anu putra daerah. Saat ini cuma pak AT."
Dklain sisi Bisri tidak menampik jika kemudian banyak kritik dan seruan pedas awal kepemimpinan AT, tapi hal itu sangat dimaklumi, serangan pandemi Covid 19 sempat melumpuhkan ekonomi dunia. "Apalagi cuma kita didaerah," tandas dia.
Selanjutnya, hal yang paling disukainya adalah konsisten pada konsep pembangunan walaupun susah awalnya untuk dilaksanakan.
Bisri memberi contoh soal program satu juta satu pekarangan (SJSP). Saat ini kata dia program itu sudah berjalan dengan baik dan terarah.
"Tapi bagi yang memahami satu juta satu pekarangan adalah bansos lain lagi ceritanya," ujarnya. "Itu minta duit. Sementara saya pribadi paham itu program".
Pernyataan Bisri Akbar sebagai bahasa masyarakat biasa langsung diamini puluhan sahabat AT yang hadir.
"Intinya kita sebagai masyarakat biasa harus tau, buta huruf tidak lebih berbahaya dari buta politik," kutip Bisri dari quotes Bertolt Brecht, seorang penyair Jerman.
Senada Samsul (41) mantan eksponen relawan Amanah mengatakan, bahwa barisan lama kembali pada figur AT. Ia mengupamakan relawan dan loyalis akan kembali ke muara.
"Kita semua kembali mempersiapkan diri, bahkan mendapat banyak tambahan energi baru dari pemilih milenial," ucapnya.
Ia menambahkan soal SJSP, pada hakikatnya tidak ada loyalis atau relawan yang tercerai dengan perkara SJSP. Karena sejak awal, top mind memilih AT karena kepercayaan pada sikap kepemimpinanya. "Dan kepercayaan itu kian bertambah," ujarnya meyakinkan.
Adapun kritik pedas soal SJSP harus menjadi bantuan tunai tanpa pengajuan proposal bagi Samsul itu hanya upaya pembodohan.
"Kalau menuntut begitu sudah tidak wajar, ini bukan kerajaan tapi republik. Satu rupiah pun bisa jadi masalah jika tidak sesuai regulasi pengeluaran. Bagi saya pribadi itu hanya pembodohan dan sesunghuhnya kami mengerti hal itu," ucap dia.