Tidak seperti kata mojang, kata langkoyang hanya dikenal akrab ditengah adat warga Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Jika Mojang yang diserap dari bajasa Sunda sebatas penyebutan perempuan yang masih muda dan belum menikah, namun langkoyang memiliki makna yang lebih luas dari itu.
Selain berarti gadis perawan, kata langkoyang bisa disandang sebagai perempuan yang dituakan dan bahkan memiliki kedudukan diatas pimpinan adat tertinggi bosanyo.
Sehingga di prosesi tertentu bosanyo langkoyang turut hadir dan tampak lebih istimewa. Di Batui kini, Bosanyo Langkoyang dijabat Aidah B Sallam, anak dari mantan Bosanyo Batui era 1950-an.
Kembali pada pemaknaan bagi sebagian besar orang tentang kata mojang, istilah ini dikaitkan dengan insan muda yang berpenampilan dan berkepribadian baik, serta mencintai nilai-nilai budaya lokal yang luhur. Semua itu tentu penting, karena orang yang didaulat sebagai ‘Mojang’ akan menjadi representasi atau duta budaya dari suatu daerah, baik kota maupun kabupaten, khususnya di tanah Priangan.
Sementara untuk adat Batui, kata langkoyang belum bergeser jauh. Belum ada representasi yang mengistilahkan apalagi menganggkat duta budaya yang kemudian disebut Langkoyang Batui.